Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM PERSPEKTIF AL-KINDI

Konsep ketuhanan dalam Islam sangat beragam, setiap pemikir mempunyai perspektifnya masing-masing sesuai dengan kadar keilmuan yang ia miliki. Al-Kindi adalah seorang filosof muslim yang memandang Tuhan dari perspektif filsafat. Ia mengkajinya secara mendalam dan menarik.

Profil Singkat al-Kindi

Al-kindi oleh para peneliti dianggap sebagai filosof pertama dalam kanca pemikiran filsafat Islam. Klaim tersebut sangat masuk akal, karena meskipun ia seorang kelahiran Arab namun juga menguasai bahasa Yunani. Kepiawaiannya di bidang bahasa Yunani memberikannya peluang besar untuk membaca, memahami bahkan banyak menerjemah buku-buku filsafat Yunani ke bahasa Arab seperti karya Aristoteles, Plato dan lainnya. Ia dapat dianggap sebagai filosof muslim pertama yang memperkenalkan filsafat Yunani kepada dunia Islam melalui buku terjemahan dan karya-karyanya.
Kecerdasannya memudahkannya memahami sulitnya filsafat Yunani, hingga ia mampu menjadi filosof inspirasi dunia termasuk Roger Bacon. Bacaan terhadap buku-buku filsafat Yunani menjadikannya begitu kritis dalam merumuskan teori-teori tentang ketuhanan. Namun yang menarik adalah ia mampu menyatukan konsep ketuhanan dalam Islam dengan konsep ketuhanan dalam filsafat.

Pemahaman al-Kindi tentang Tuhan

Tuhan bagi al-Kindi dipahami sebagai wujud yang hak. Ia ada dari semula dan ada untuk selama-lamanya. Tuhan adalah wujud yang sempurna yang tidak didahului oleh wujud lain. WujudNya tidak berakhir dan tidak ada wujud selain dari pada-Nya. Dia tidak berserikat. Mustahil ia tidak ada.

Tiga Jalan Membuktikan Wujud Tuhan

Kajian konsep ketuhanan Islam membahas tentang bukti-bukti keberadaan Tuhan. Kajian ini disajikan sebagai bantahan terhadap orang-orang yang meragukan keberadaan Tuhan. Di antara konsep tentang bukti keberadaan Tuhan yaitu
Pertama, perubahan alam merupakan salah satu bukti adanya Tuhan. Mungkinkah suatu jadi sebab bagi wujud dirinya? Hal itu tidak mungkin. Dengan demikian jelas bahwa alam itu baru. Karena ia terbatas, maka ada awal waktunya. Dari itu tentu ada yang menyebabkan alam ini terjadi. Tidak mungkin ada benda yang ada dengan sendirinya. Dengan demikian ia diciptakan oleh penciptanya dari ketiadaan. Pencipta itu Tuhan.
Kedua, keragaman dalam wujud. Dalam alam tidak mungkin ada keragaman tanpa keseragaman. Tergabungnya keragaman dan keseragaman bersama-sama, bukanlah karena kebetulan, tetapi karena suatu sebab. Sebab itu bukanlah alam itu sendiri. Kalau alam itu sendiri yang menjadi sebabnya, halnya tidak berhingga, tak habis-habisnya. Sedangkan suatu yang tidak berakhir tidak mungkin terjadi. Dari itu, sebab tersebut tertentu berada di luar alam. Ia lebih mulai, lebih tinggi dan lebih dahulu adanya, karena sebab harus ada sebelum akibat atau efeknya. Sebab itulah yang Tuhan.
Ketiga, kerapian alam. Alam lahir tidak mungkin rapi dan teratur kecuali karena adanya substansi yang tidak tampak. Substansi itu hanya dapat diketahui melalui bekas-bekasNya dan kerapian serta keteraturan yang kita konstatir pada alam. Mungkinkah suatu rapi dan teratur tanpa ada yang merapikan dan mengaturnya? Substansi yang merapikan dan mengatur alam nyata ini adalah Tuhan.

Masalah Sifat Tuhan

Kalau wujud Tuhan telah terbukti, hal yang kemudian menjadi masalah ialah tentang sifatNya. Sifat yang paling khas bagiNya, menurut al-Kindi ialah Keesaan. Tuhan itu satu substansiNya dan satu dalam jumlah. Keesaan itu dibuktikannya dengan kenegativan. Tuhan bukan maddah, bukan bentuk, tidak mempunyai kuantitas, tidak mempunyai kualitas, tidak berhubungan dengan yang lain, misalnya sebagai ayah atau anak, tidak dapat disifati dengan apa yang ada dalam pikiran, bukan genus, bukan diferensia, bukan proprium (khas), bukan aksiden, tidak bertubuh, tidak bergerak. Jadi bagaimana Tuhan itu? Sifat Tuhan satu-satuNya. Kalau yang diingkari itu dikatakan sebagai sifatNya, hilangkah kesesaanNya. Karena sifat-sifat itu ada pada alam. Tuhan adalah keesaan belaka, tidak lain kecuali keesaan itu semata.
Keesaan itu mengandung sifat azali. Tuhan tidak pernah tidak ada, yang wujudnya tidak bergantung pada yang lain atau tergantung pada sebab. Tidak ada yang menjadikanNya, tidak ada yang menyebabkanNya, bukan dia subjek atau predikat.
Substansi yang azali itu tidak rusak, tidak musnah. Ia tidak bergerak, sebab dalam gerak itu ada pertukaran yang tidak sesuai dengan wujud Tuhan yang sempurna. Karena dia tidak bergerak, maka waktu tidak berlaku bagiNya, karena waktu itu ialah bilangan gerak. Substansi azali itu bekerja ibda, yaitu menjadikan sesuatu dari ketiadaan, tanpa mempunyai perasaan atau menerima pengaruh.
Tuhan ialah sebab awal, yang wujudNya bukan karena sebab lain. Dia ialah substansi yang menciptakan, tetapi bukan diciptakan. Dia adalah substansi yang menyempurnakan, tapi bukan disempurnakan.
Al-Kindi menyajikan konsep ketuhanan dalam Islam dengan sangat rasional dan filosofis. Penjelasan tersebut tidak ditemukan dalam kajian para tokoh sebelumnya. Hal itu kemudian menjadi inspirasi bagi filosof berikutnya. Mohon maaf jika tidak menyertakan PDF.
Hairus Saleh
Hairus Saleh Akademisi jadi blogger. Blogger menjadi tempat untuk tuangkan berbagai gagasan dan pemikiran.

Post a Comment for "KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM PERSPEKTIF AL-KINDI"

close