Teori Gujarat dan Kritik Terhadapnya (Teori Masuknya Islam Di Indonesia)
Teori Gujarat merupakan salah satu teori tentang sejarah awal mula masuknya Islam ke Indonesia yang mengatakan bahwa Islam berasal dari Gujarat, bukan berasal dari Arab atau Mesir-Afrika. Tepat pada abad ke-13 Masehi Islam masuk di Nusantara dibawa oleh saudagar dari Gujarat, India.
Letak Geografis Gujarat
Gujarat merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian barat India. Ia berbatasan dengan Pakistan di barat laut dan Rajasthan di utara. Nama Ibu kotanya ialah Gandhinagar, sebuah kota terencana dekat Ahmedabad, bekas ibu kota negara bagian dan pusat komersial Gujarat. Gujarat berdiri sebagai sebuah negara bagian pada 1 Mei 1960 M. Data yang didapatkan pada tahun 2002 menjelaskan bahwa Gujarat merupakan negara bagian dengan pertumbuhan ekonomi yang paling cepat di negara India.Peta Negara Bagian Gujarat |
Sejarawan yang Mendukung Teori Gujarat
Sejarawan yang pertama kali mencetuskan teori ini adalah J. Pijnapel, W.F. Sutterheim, dan Sucipto Wirjosuparto. Sejarawan yang mendukung teori ini adalah para orientalis yaitu Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Kedua ilmuwan tersebut merupakan ilmuwan Belanda yang ahli tentang sejarah Timur India.Alur Proses Masuknya Islam Di Indonesia
Pada mulanya orang Arab merantau untuk berdagang hingga sampai di Gujarat dan Malabar sejak abad ke-7 M. Menurut Menurut J. Pijnapel, ia adalah orang bermadzhab Syafi’i. Sesampainya di Gujarat ia bermukim di sana serta menyebarkan Islam di Gujarat. Orang Gujarat yang telah memeluk agama Islam kemudian pergi ke Indonesia untuk bertransaksi. Maka di situlah pedagang Gujarat mulai menyebarkan agama Islam di Indonesia. Jadi Islam masuk ke Indonesia tidak secara langsung disebarkan oleh orang Arab, akan tetapi oleh pedagang Gujarat yang sudah beragama Islam.
Sedangkan menurut Snouck Hurgronje juga demikian, ia mendukung teorinya yang dikemukakan oleh J. Pijnapel. Menurutnya Islam memang disebarkan melalui kota-kota benua india seperti Gujarat, Bengali, dan Malabar, disebabkan karena Islam di benua-benua tersebut lebih dahulu berkembang dibandingkan di Nusantara. di samping itu, pedagang Gujarat sebenarnya sudah menjalin hubungan dagang dengan masyarakat Indonesia sebelum orang Arab. Semua itu dijelaskan olehnya dalam buku yang berjudul “L’Arabie et Les Indes Neerlandaises”.
Bukti-Bukti Teori Gujarat
Sejarah awal mula masuknya Islam di nusantara menurut teori ini ditandai oleh:
Hubungan dagang saudagar Gujarat dengan penduduk Indonesia telah lama terjalin melalui jalur perdagangan Indonesia-Cambay-Timur Tengah-Eropa.
Batu nisan yang tertancap di makam sultan Malik as Saleh, Sultan Samudera Pasai 1297 dan Maulana Malik Ibrahim yang diklaim mempunyai kemiripan dengan corak batu nisan yang berada di Gujarat.
Batu Nisan Sultan Mali al Saleh yang mempunyai kemiripan dengan batu nisan di Gujarat |
Batu Nisan Maulana Malik Ibrahim Gresik yang mempunyai kemiripan dengan batu nisan di Gujarat |
Bukti selain dua di atas ialah teori Gujarat ini ialah terdapat kesamaan corak keberislaman masyarakat Gujarat dengan Indonesia yaitu Islam yang corak sufistik. Pada abad ke-13 M, Islam sufistik ini memang sedang mendominasi keislaman masyarakat Islam dunia.
Bantahan terhadap Teori Gujarat
Teori Gujarat ini bukan tanpa bantahan. Sejarawan terkemuka dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Azyumardi Azra mengatakan bahwa teori masuknya Islam yang dikemukakan oleh orientalis tidak kuat. Menurutnya, Gujarat hanyalah merupakan tempat singgah bari orang pedangan Arab sebelum melanjutkan perjalanannya ke asia tenggara dan Asia Timur. Selain itu, tepatnya pada abad ke-12 hingga ke 13 M wilayah Gujarat masih dikuasai oleh pengaruh hindu yang sangat kuat. Jadi sulit diterima jika Islam di Indonesia berasal dari Gujarat.
Menurut Prof. Dr. Hamka, Islam masuk ke Indonesia bukan pada abad ke-13, akan tetapi pada abad ke-7 masehi. Akan tetapi pendapat Hamka ini tidak didukung oleh sejumlah bukti yang kuat, sehingga tidak diterima oleh para ilmuwan.
Teori Gujarat menyebutkan bahwa terdapat persamaan nisan Malik as Saleh yang mirip dengan batu nisan di Gujarat. Akan tetapi penemuan ilmuan lain menyebutkan bahwa telah ditemukan batu nisan seorang muslimah yang bernama Fatimah Binti Maimun di Leran dekat Surabaya bertahun 1082 M. Sedangkan menurut Ibnu Batuta, agama Islam di Indonesia sudah mendarah daging selama abad tersebut. Ibnu batuta waktu itu sedang berpetualang menuju negeri Cina. Sebelum ke Cina, ia mengunjungi Samudera Pasai pada tahun 1345 M.
Teori-teori yang membahas tentang masuknya islam di Indonesia tidak hanya teori Gujarat saja. akan tetapi masih banyak teori lain seperti teori Arab, Persia, Cina dan Turki.
Post a Comment for "Teori Gujarat dan Kritik Terhadapnya (Teori Masuknya Islam Di Indonesia)"