8 TEORI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA YANG OTORITATIF
Pertanyaan yang mendasar yang biasa muncul dalam perkuliahan tentang Islam Indonesia ialah bagaimana pendapat kamu tentang berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia? Terdapat beberapa terori yang menjelaskan tentang masuknya agama Islam ke Indonesia di antaranya ialah yang berasal dari Sarjana Orientalis Belanda, Sarjana Muslim, dan Sarjana Muslim Kontemporer. Dari sisi wilayah datangnya yaitu Teori Arab, Cina, Persia, Gujarat dan Turki.
3 Pendapat Besar tentang Teori Masuknya Islam Ke Indonesia
Menurut para peneliti, secara garis besar pendapat tentang berlabuhnya Islam di bumi Indonesia dibagi menjadi tiga yaitu:
Menurut Sarjana Orientalis Belanda
Snouck Hurgonje merupakan orientalis Belanda yang berpendapat bahwa Islam datang ke wilayah Indonesia pada abad ke-13 M dari Gujarat bukan dari Arab langsung dengan ditemukannya makam sultan yang beraga Islam yaitu Sultan Malik as-Sholeh. Ia adalah raja pertama kerajaan Samudra Pasai yang dikatakan berasal dari Gujarat.
Menurut Sarjana Muslim
Hamka merupakan tokoh yang mengadakan seminar sejarah masuknya Islam ke daerah Indonesia di kota Medan pada tahun 1963. Hamka beserta teman-temannya menyatakan bahwa Islam sudah berada di Indonesia pada abad pertama Hijriyah (± abad ke-7 sampai ke-8 M) dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai serta bersifat internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 m) melalui jalur selat malaka yang menghubungkan dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia Tenggara juga Bani Umayah di Asia Barat.[1]
Menurut Sarjana Muslim Kontemporer
Taufik Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurutnya Islam memang datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 sampai ke-8 Masehi, akan tetapi baru dianut oleh para pedagang timur tengah di pelabuhan-pelabuhan. Setelah Islam banyak pengikutnya baru kemudian disebarkan secara besar-besaran. Di samping itu ia memiliki kekuatan politik pada abad ke 13 M dengan berdirinya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini terjadi akibat arus balik kehancuran Baghdad ibu kota Abbasiah oleh Hulagu. Kehancuran Baghdad membuat pedagang muslim mengalihkan aktivitas perdagangan ke arah Asia Selatan, Asia Timur, serta Asia Tenggara.[2]
Begitulah tiga teori tentang masuknya agama Islam ke Indonesia secara umum yang bisa kita gunakan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana pendapat kamu tentang berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia?
5 Teori Masuknya Islam di Indonesia Berdasarkan Wilayah Asal Mulanya
Sedangkan teori masuknya ajaran Islam ke wilayah Indonesia berdasarkan daerah asal mula Islam Indonesia terdapat lima teori tentang masuknya Islam ke Nusantara sebagaimana uraian berikut :
Teori Arab
Teori Arabia menyatakan bahwa Islam dibawa kemudian disebarkan ke Nusantara langsung dari Arab pada abad ke 7/8 M, artinya Islam masuk ke Indonesia pada awal abad Hijriyah, bahkan pada masa Khulafaur Rasyidin memerintah. Islam sudah mulai ekspedinya ketika sahabat Abu Bakar As-Shiddiq, Umar Bin Khottab, Usman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib memegang kendali sebagai amiril mukminin. dengan argumentasi bahwa selat malaka sebagai jalur perdagangan internasional kala itu sudah ramai di lintasi para pedagang muslim dalam pelayaran dagang mereka ke negeri-negeri Asia Tenggara serta Asia Timur.
Demikian juga Hamka berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada tahun 674 M. Berdasarkan catatan Tiongkok, saat itu ada utusan raja Arab yang bernama Ta Cheh atau Ta Shih ke kerajaan Ho Long (kerajaan Kalingga) di Jawa yang diperintah oleh Ratu Shima. Kemudian berdasarkan catatan resmi serta Jurnal China pada masa dinasti Tang tahun 618 M secara eksplisit menegaskan bahwa Islam sudah masuk wilayah timur, yakni Cina dan sekitarnya pada abad pertama Hijriyah melalui lintas laut dari bagian barat Islam. Cina yang dimaksudkan pada abad pertama Hijriyah adalah gugusan pulau-pulau di timur jauh termasuk kepulauan Indonesia.
Asia tenggara memang merupakan jalur lalu lintas perdagangan serta interaksi politik tiga kekuasaan besar yaitu Cina di bawah Dinasti Tang (618-907), Kerajaan Sriwijaya (abad ke-7-14) dan dinasti Umayyah.[3]
Peta Kerajaan Kalingga Di Jawa Indonesia |
Teori Cina
Dalam teori ini menjelaskan bahwa etnis muslim Cina sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Islam di Nusantara. Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam teori Arab bahwa hubungan Arab muslim dengan Cina sudah terjadi pada abad pertama Hijriyah, dengan demikian Islam datang dari arah barat ke Nusantara dank ke Cina datang berbarengan dalam satu jalur perdagangan. Islam datang ke Cina di Canton (Guanzhou) pada pemerintahan Tai Tsung (627-650) dari dinasti tang dan datang ke Nusantara di Sumatra pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Datang ke pulau Jawa pada tahun 674 M berdasarkan kedatangan utusan raja Arab bernama Ta Cheh/ Ta Shi ke kerajaan Kalingga yang diperintah oleh Ratu Shima.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teori masuknya ajaran Islam ke Indonesia disebutkan berasal dari Cina. Islam datang ke Nusantara berbarengan dengan Cina, akan tetapi tidak disebutkan tentang awal masuknya Islam melainkan peran Cina dalam pemberitaan sehingga dapat ditemukan bahwa Islam datang ke Indonesia pada awal abad Hijriyah.
Teori Persia
Teori masuknya Islam ke Indonesia ini dipelopori oleh P.A. Hoesin Djajadiningrat dari Indonesia. Teori ini mempunyai perbedaan sudut pandang dengan teori Gujarat dan Mekah tentang masuk dan datangnya Islam di Nusantara. Menurut pendapat Hoisen Djajadiningrat, Islam masuk ke Indonesia berasal dari Persia pada abad ke-7 M. Teori ini fokus pada tinjauan sosio-kultural. Baginya, terdapat kesamaan antara Islam di kalangan masyarakat Islam Indonesia dengan di Persia. Di antaranya ialah perayaan Tabut di beberapa tempat di Indonesia. Di samping itu berkembangnya ajaran Syekh Siti Jenar pada zaman penyebaran Islam di masa Wali Songo terdapat kesamaan dengan ajaran sufi al Hallaj dari Persia.[4]
Namun teori ini mendapatkan banyak kritikan dari para peneliti ketika diadakan seminar tentang masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 Masehi. Para peneliti yang mengkritik teori tersebut di antaranya ialah Dahlan Mansur, Abu Bakar Aceh, Saifuddin Zuhri dan Hamka.
Penolakan teori tersebut didasarkan pada alasan bahwa tidak terdapat kesesuaian dengan sejarah. Jika agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi, maka itu tidak mungkin, karena ketika itu kekuasaan Islam dipimpin oleh Kekhalifahaan Umayyah yang berpusat di Arab. Sendangkan Persia pada waktu itu belum menduduki kepemimpinan dari kekuasaan Islam. Itulah segala perdebatan tentang teori Persia.
Teori Gujarat
Teori tentang masuknya agama Islam ke Indonesia berikutnya ialah teori Gujarat. Teori ini didasarkan atas catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo dan Ibn Batuta yang ditafsirkan oleh Pijnepel pada tahun 1872. Dalam catatan tersebut dikatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari Gujarat. Snouck Hurgronye merupakan tokoh yang mendukung teori tersebut dengan menggunakan alasan: a) kurangnya bukti atau fakta yang menjelaskan tentang peranan orang Arab dalam penyebaran Islam ke Nusantara. b) terjalinnya hubungan dagang yang baik antara Indonesia-India yang berlangsung lama. c) tanda-tanda masuknya Islam seperti inskripsi tertua tentang Islam yang ada di Sumatera memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan dagang antara Sumatera dan Gujarat.
Pandangan Snouck Hurgronye itu berpengaruh besar di masa-masa berikutnya, karena mendapat legitimasi dari sejarawan Barat. Di antara sejarawan yang dimaksud ialah Bernard H.N. Vlekke, (Nusantara A History of Indonesia), Clifford Geertz (The Religion of Java), Harry J.Benda (A History of Modern South East Asia), Stutterheim dalam karyanya (De Islam en Zijn Komst in De Archple), Schriekie (Indonesian Sociological Studies), dan Van Leur (Indonesian Trade and of Islam).
Sehingga Moquette, seorang sarjana Belanda lainnya juga berkesimpulan bahwa tempat asal Islam di Nusantara adalah Gujarat. Kesimpulan itu lahir setelah ia meneliti dan mengamati bentuk batu nisan di Pasai, yaitu kawasan Utara Sumatra (Aceh sekarang) khususnya yang bertuliskan tanggal 17 Dzulhijjah 831H/ 27 September 1428M. Batu Nisan tersebut tampak mirip dengan batu nisan lain yang ditemukan di makam Maulana Malik Ibrahim (w.822/1419M) di Gresik Jawa Timur. Batu nisan makam Maulana Malik Ibrahim mempunyai kesamaan bentuk dengan batu nisan yang terdapat di Cambay Gujarat. Berdasarkan hal tersebut ia menyimpulkan bahwa batu nisan dari Gujarat bukan hanya untuk pasar lokal, tetapi juga diimpor ke kawasan lain. Salah satunya ke wilayah Nusantara.
Batu Nisan Maulana Malik Ibrahim Gresik yang Mirip dengan Batu Nisan di Gujarat |
Teori Turki
Adapun teori masuknya Islam Ke Indonesia terakhir ialah teori Turki. Teori Ini diajukan oleh Martin Van Bunessen yang dikutip oleh Moflich Hasbullah. Ia menjelaskan bahwa selain orang Arab dan Cina Indonesia diislamkan oleh orang Kurdi dari Turki ia mencatat sejumlah data yang pertama, banyaknya ulama kurdi yang berperan mengajarkan Islam di Indonesia dan kitab karangan ulama kurdi juga berpengaruh cukup luas misalnya kitab tanwir al-qulub karangan ulama muhamad amin al-kurdi populer di kalangan tarekat naqsabandi di Indonesia.
Kedua di antara ulama Madinah yang mengajari ulama-ulama Indonesia tarekat syattariyah yang kemudian dibawa ke Nusantara adalah Ibrahim Alkurani. Ibrahim Alkurani yang kebanyakan muridnya adalah ulama kurdi.
Ketiga tradisi barzanji populer di Indonesia dibacakan setiap Maulid Nabi pada 12 Rabi‟ul Awal, saat akikah, syukuran, dan tradisi-tradisi lainnya. Menurut Bruinessen, barzanji merupakan nama keluarga berpengaruh dan syeikh tarekat di Kurdistan. Keempat, Kurdi merupakan istilah nama yang populer di Indonesia seperti Haji Kurdi, jalan Kurdi, gang Kurdi, dan seterusnya. Dari fakta-fakta tersebut dapat disimpulkan bahwa orang-orang Kurdi berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.
Dari teori-teori tersebut tampak sekali bahwa fakta-fakta Islamisasi diuraikan dengan tidak membedakan antara awal masuk dan masa perkembangan atau awal masuk dan pengaruh kemudian. Kedatangan Islam ke Nusantara telah melalui beberapa tahapan dari individualis, kelompok, masyarakat, negara kerajaan, sampai membentuk mayoritas.
Teori Persia, India, Cina, dan Turki semuanya menjelaskan tentang pengaruh-pengaruh setelah banyak komunitas dan masyarakat muslim di Nusantara. Jadi, sebenarnya teori tersebut tidak menggugurkan atau melemahkan teori sebelumnya, tetapi melengkapi proses Islamisasi.
Kesimpulan
Jawaban dari pertanyaan “ bagaimana pendapat kamu tentang berbagai teori masuknya Islam ke Indonesia? ” bisa dilihat dari dua sisi yaitu dilihat dari ilmuwan yang menyampaikan dan dilihat dari wilayah asal dari penyebar. Dari perspektif ilmuwan yang menyebarkan dibagi tiga yaitu menurut pendapat Orientalisme Belanda, Sarjana Muslim Klasik dan Sarjana Muslim Kontemporer. Ditinjau dari perspektif daerah penyebar Islam berasal di bagi menjadi 1) Arab, 2) Cina, c) Gujarat, d) Turki dan c) Persia.
Ambil file Makalahnya di sini broo..
Ambil file Makalahnya di sini broo..
Video Teori Masuknya Agama Islam Di Indonesia
[1] A. Hasyimi, Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam Di Indonesia. (Bandung al-Ma’rifi,1981). H. 358
[2] Taufik Abdullah (Ed.),Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majlis Ulama Indonesia,1991), h. 39
[3] Moeflich Hasbullaah, Sejarah Sosial Intlektual Islam Di Indonesia. (Bandung : CV Pustaka Setia, 2012), h. 4
[4] Ahmad Mansur Surya Negara, Sejarah, Wacana Pergerakan Islam di indonesia,(Bandung: Mizan, 2002). h.90
1 comment for "8 TEORI MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA YANG OTORITATIF"