Essay Beasiswa Unggulan Terbukti Lulus: Aku Generasi Unggul Kebanggaan Indonesia
Contoh Essay Beasiswa Unggulan tentang diri sendiri ini saya publikasikan agar dapat membantu para adek-adek yang ingin berpartisipasi dan berkompetisi untuk mendapatkan Beasiswa Unggulan.
Conttoh essay lain yang dipublikasikan oleh teman-teman berasal dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN Jakarta), Universitas Indonesia (UI), Unair, UGM dan berasal dari berbagai kota, seperti Pamekasan Madura, Jawa Timur, Jakarta, Malang, Jogja dan lainnya, dapat kalian cari di google sebagai perbandingan.
Essay ini adalah essay yang saya gunakan sebagai sabagai salah satu berkas yang diminta oleh Kemendigbud. Alhamdulillah dengan menggunakan essay ini, saya mendapatkan beasiswa unggulan yang lulus pada 2017 silam. Ketika tes administrasi sudah lulus, maka ada tips-tips lulus BU yang bisa kita gunakan pada tes wawancara. Tips ini saya sampaikan pada kesempatan yang lain. Namun Essay ini hanyalah contoh bagi temen-temen, jadi tidak untuk
dikopi paste ya, karena essay yang diminta BU adalah gambaran tentang kita, bukan
tentang orang lain. Kalau kopi paste, kita pasti tidak akan lulu seleksi.
Jika ingin konsultasi atau dapat sharing pengalaman dalam proses mendapatkan Beasiswa Unggulan Silahkan hubungi saya. Semoga dengan menghubungi ini teman dan jaringan kita menjadi bertambah luas. Barangkali suatu saat bisa ngopi bareng dan saling sharing pengalaman yang lain. Hal ini sangat baik buat masa depan kita. Di bawah ini adalah essay yang saya buat:
Jika ingin konsultasi atau dapat sharing pengalaman dalam proses mendapatkan Beasiswa Unggulan Silahkan hubungi saya. Semoga dengan menghubungi ini teman dan jaringan kita menjadi bertambah luas. Barangkali suatu saat bisa ngopi bareng dan saling sharing pengalaman yang lain. Hal ini sangat baik buat masa depan kita. Di bawah ini adalah essay yang saya buat:
Logo Beasiswa Unggulan (Essay Beasiswa Unggulan 2019) |
Aku Generasi Unggul Kebanggaan Indonesia
Saya adalah bagian dari generasi masa depan bangsa besar Indonesia. Penduduk bangsa kita mayoritas muslim dan tinggal di perkampungan. Saya pun juga demikian, yaitu lahir di desa panglegur. Panglegur merupakan salah satu desa di Pulau Madura, jelas saya beragama Islam mulai dari kakek-nenek saya.Meskipun Pamekasan pada umumnya sudah tidak lagi masuk kabupaten tertinggal sejak 2014, namun tetap saja kemiskinan menjerat mayoritas masyarakat Pamekasan, tidak terkecuali keluarga saya. Namun, bagi saya kemiskinan bukan halangan untuk tetap melanjutkan sekolah sampai jenjang setinggi-tingganya demi mempersiapkan diri untuk memimpin bangsa di masa yang akan datang, tepat pada saatnya nanti.
Hairus Saleh, Awardee BU UIN Jakarta |
6 tahun saya lalui itu, tidak kemudian perjuangan belajar saya berhenti di sana. Untuk sekolah MTs saya juga harus berjalan kaki menempuh jarak yang lumayan jauh, 5 km dari rumah. Itu saya lalui dengan berjalan kaki pulang-pergi. Setiap pagi dan siang saya melintasi sawah-sawah demi belajar untuk negeriku. Jauhnya jarak tempuh ke sekolah ternyata membuat saya semakin termotivasi untuk belajar lebih baik dari yang lain. Buktinya saya sering mendapatkan rangking 1 berturut-turut, dan rangking paling rendah yang pernah saya dapat waktu itu ialah rangkin 2. Suatu prestasi yang cukup bagus buat siswa kampung yang mengadu intelektualnya di lembaga sekolah.
Prestasi bagus yang saya dapatkan di MTs membuat saya mendapatkan kesempatan untuk ikut seleksi masuk di MANSA Pamekasan. Saya pun mengikuti alur itu untuk bisa sekolah di sana. Dari sekian ratus orang yang mendaftar sekolah di sana, yang berasal dari berbagai kabupaten, Saya memperoleh peringkat ke-7 tertinggi nilai ujian masuk. Dari nilai bagus itu, secara otomatis saya dites untuk kedua kalinya untuk memastikan hasil tes pertama sesuai dengan kemampuan siswa.
Hasil tes ke-2 membuat nilai saya naik beberapa tingkat menjadi peringkat ke-4 dari 30 orang yang di tes. Prestasi itu berbuah manis, saya mendapatkan beasiswa penuh dan masuk pada kelas sains. Kelas sains itu sendiri ialah kelas unggulan yang benar-benar dibina oleh MAN untuk menjadi gerasi bangsa yang benar-benar unggul. Tentu keberhasilan itu tidak membuat saya malas. Justru semakin saya mendapatkan kesempatan baik, semakin saya menggunakannya semaksimal mungkin.
Sejak itu saya memulai mengembangkan diri. Mulai belajar bilangan-bilangan matematika yang rumit, mendalami rumus-rumus fisika yang jelimet, serta mulai mengembangkan diri di dunia penulisan. Waktu itu, saya sangat senang fisika dan menulis artikel. Kesenengan terhadap fisika dikembangkan melalui matematika terlebih dahulu, kemudian mengikuti bimbingan belajar fisika. Jerih payah itu membuahkan hasil, saya terpilih sabagai fisikawan MANSA di masanya. Tiap ada olimpiade fisika, pasti saya yang mewakili MANSA. Pernah satu kali saya mendapat juara 5 di seleksi olimpiade kabupaten menuju ajang olimpiade nasional. Namun na’as buat saya, saya tidak bisa mewakili MANSA, karena waktu itu lomba diadakan oleh diknas, dan MANSA tidak diperkenankan meneruskannya ke nasional. Permasalahpun sempat memanas antar depag Pamekasan dan dinas lantaran itu.
Di samping mendalami fisika, saya juga sangat senang menulis artikel. Sejak kelas 2 MAN, saya sudah aktif menulis di majalah sekolah Cintramu. Di antara judul yang pernah saya tulis ialah “Sidratul Muntaha”. Tulisan ini menjelaskan tentang Sidratul Muntaha yang bukan bagian dari planet tatasurya. Tulisan ini merupakan bantahan terhadap tulisan yang pernah terbit di media yang mengatakan bahwa sidratul muntaha merupakan bagian dari planet. Tulisan lainnya ialah berjudul “busana kita kini”. Tulisan ini menjelaskan tentang busana wanita modern yang sudah mulai jauh dari nilai-nilai agama.
Di samping sekolah di MAN, saya juga belajar di Pondok pesantren untuk belajar ilmu-ilmu agama, mulai dari fiqih, tasawuf dan lainnya. Masa-masa remaja saya dipenuhi dengan aktivitas keilmuan. Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Bagun tidur langsung ngaji kitab di pondok. Jam 06.00 pagi berangkat sekolah yang cukup jauh. Di MANSA belajar sampai jam 17.00, karena masih ada bimbingan bahasa dan komputer. Setelah dari sekolah dilanjutkan ngaji kitab di pondok hingga jam 22.00. setelah itu masih menyelesaikan tugas sekolah. Masa-masa itu adalah masa-masa melelahkan, sampai mata saya rusak (mines) karena kelelahan.
Selulusnya dari MANSA, saya berminat melanjutkan belajar saya di fisika. Namun apa daya, orang tua tidak mengizinkan. Sebagaimana orang tua mayoritas anak Madura, mereka sangat senang jika anaknya hebat di bidang agama. Maka saya pun harus rela melepas fisika dari pikiran saya.
Melepas fisika tidak kemudian saya tidak mempunyai kemampuan di bidang lain. Masih tersisa satu lagi aktivitas yang saya senangi, yaitu menulis artikel. Tentu menulis itu membutuhakan pengetahuan ilmiah baik itu agama, filsafat dan tafsir. Mulai dari MAN saya sudah membaca buku “Sistematika Filsafa” karya Sidi Gazalba yang saya temukan diperpus. Di samping itu juga buku “Wawasan Al Qur’an” karya mufassir Indonesia yang hebat itu, Quraish Shihab.
Sejak itu, saya memutuskan untuk beralih dari fisika ke pengetahuan yang bernuansa teoritis. Maka saya mengambil kuliah S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di jurusan Filsafat. Kuliah di UIN pun saya mendapatkan beasiswa full dari kemenag selama 4 tahun. Beasiswa itu saya dapatkan dari persaingan calon mahasiswa di seluruh Indonesia.
Kuliah di UIN sangat menakjubkan. Saya menemukan banyak hal yang selama ini saya impikan di Madura. Pengetahuan teoritis yang sangat luas semua disajikan di sini. Pemikiran-pemikiran filosof besar yang tidak ditemukan di Madura, saya temukan di UIN. Ini merupakan kesempatan saya untuk belajar lebih giat lagi, demi masa depan bangsa. Tentu pengetahuan filsafat Islam ini sangat penting saat ini, untuk membentengi bangsa saya dari arus radikalisme dan terorisme yang setiap saat menjadi ancaman.
Bentuk belajar saya di UIN mula-mula berubah drastis, dari yang biasanya belajar sendiri dan berdiskusi dengan hanya satu teman, di UIN Jakarta, saya dan teman-teman membentuk forum diskusi mingguan dengan tema-tema bergengsi. Yaitu tema-tema yang menyangkut masa depan bangsa dan mencoba menjacari jalan terbaik untuk masa depan bangsa. Hasil diskusi, kami muat dalam wadah bulletin mingguan yang kami buat dari hasil patungan uang jajan kami dan kemudia kami sebarkan secara Cuma-Cuma kepada mahasiswa UIN lain. Tidak hanya sebatas itu, kegiatan tulis-menulis kami bentangkan sampai ke level nasional melalui publikasi di website dan publikasi di media cetak seperti di Radar Madura, Jawa Pos.
Semangat belajar saya terus tumbuh dan terus melanjutkan kuliah ke jenjang S2 di SPS UIN Jakarta. Hanya saja kali ini saya tidak mendapatkan beasiswa. Untuk membiayai itu, saya harus sambil jualan nasi goreng di malam hari, dan kuliah di siang hari.
Tetapi semangat saya tetap berkobar dengan terus belajar untuk Indonesia yang lebih baik. Tugas saya kedepan tidaklah mudah, karena menyangkut doktrin yang melekat di keyakinan tiap elemen bangsa. Saya sebagai mahasiswa di filsafat mempunyai tanggung jawab membuka pola pikir masyaraka Indonesia agar terus berkembang dan maju. Tujuannya tidak lain ialah agar bangsa saya mampu menghadapi arus globalisasi dan mampu menghadapi perubahan-perubahan jaman. Kita tahu bahwa perubahan suatu bangsa, berawal dari perubahan pola pikir masyarakatnya. Semakin maju pola pikir masyarakatnya, maka semakin maju juga bangsanya.
Di samping itu, hambatan bangsa kita kali ini adalah radikalisme yang terus menjamur. Menurut Profesor Bambang Pranowo, tidak sedikit masyarakat Indonesia yang terpengaruh ideologi radikalisme teroris sebagaimana dianut Ba’asyir. Hal ini ditandai oleh banyaknya orang Indonesia yang pergi ke Timur Tengah untuk berlatih perang dan berjihad. Maka kedepan radikalisme itu menjadi ancaman nyata bagi bangsa Indonesia. Jika tidak ditangani, Indonesia bisa hancur lebur sebagaimana terjadi di Timur Tengah.
Maka tugas saya ialah membongkar ideologi radikalisme kemudia diganti dengan ideologi yang rahmatan lil alamin. Suatu ideologi keislaman yang cinta damai. Yaitu menawarkan format ideologi keislaman yang mampu membendung radikalisme, serta mampu mendorong tiap muslim untuk bergerak maju memperbaiki ketertinggalannya.
Di samping itu, terdapat konsep ajaran agama yang tampaknya perlu direfisi. Seperti konsep tentang riyak. Konsep riyak tampaknya menjadi salah satu penghambat kemajuan muslim Indonesia. Betapa banyak orang pintar, tetapi pengetahuan menjadi tidak bermanfaat disebabkan takut terjerumus pada prilaku riyak. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa riyak cenderung tidak memperbolehkan muslim untuk menampakkan kemampuannya, kebolehannya. Padahal di era modern, segela kemampuan dan kelebihan harus semuanya ditampakkan. Hal itu merupakan benturk promosi yang sangat penting.
Maka dari itu, tampaknya konsep yang dianut oleh muslim Indonesia menjadi hambatan buat muslim itu sendiri untuk mengembangkan hidupnya menjadi lebih baik lagi. Saya akan merumuskan kembali konsep-konsep yang menghambat kemajuan bangsa saya. Itulah peran saya bagi bangsa.
Inilah esai yang telah saya buat dan ajukan kepada Kemendigbud sebagai salah satu syarat berpartisipasi seleksi beasiswa unggulan. Essay ini terbukti telah mengantarkan saya menjadi salah satu yang mendapatkan Beasiswa Unggulan.
*Hairus Saleh
Penulis adalah Peneriman Beasiswa Unggulan
Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
*Hairus Saleh
Penulis adalah Peneriman Beasiswa Unggulan
Mahasiswa Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4 comments for "Essay Beasiswa Unggulan Terbukti Lulus: Aku Generasi Unggul Kebanggaan Indonesia"