Seminar Prospek dan Problem Persatuan Islam di Indonesia
Sabtu, 19 Mei 2012
Di hotel Bumi Wiyata, Depok
Di hotel Bumi Wiyata, Depok
Oleh Prof. KH. Masdar F. Mas’udi
Indonesia merupakan negara terplural di dunia bahwa perbedaan yang begitu komplek yang kemudian tetap dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, Indonesia merupakan bangsa yang begitu besar yang mampu merangkul kemasyarakatan, khususnya persatuan dan kesatuan.
Empat Kekuatan peradaban dunia yang menentukan stabilitas paradaban. Kekuatan Peradaban Barat, Cina, India dan Islam. Masing-masing mempunyai keyakinan ilahiah dalam konsep yang berbeda. Barat kristiani dan yahudi, yang berusaha bersatu sehingga ada persatuan kitab suci. Cina rujukannya ialah nilai-nilai Budisme. India ialah Hindu.
Terakhir ialah Islam sebagai pelaku peradaban global. Di antara empat peradaban itu, hanya peradaban Islam ini lah yang penuh dengan permasalahan. Islam ini lah yang menentukan kekokohan peradaban dunia. Dengan demikian, peradaban Islam harus terus tambah dikokohkan. Meskipun hal ini merupakan problem lawas, tetapi ini harus tetap diusahakan mengingat Islam sangat begitu rentan perpecahan.
Tetapi kerentanan itu merupakan hal biasa. Tidak hanya di Islam, di agama lain pun juga memunyai perpecahan sedemikian rupa. Tetapi kelompok perecahan dalam Islam itu lebih besar dari pada agama lain. Disebutkan bahwa Islam mempunyai 73 golongan. Salah satu alasan munculnya aliran baru itu ialah luasnya makna kitab suci.
Misalkan umat kristen yang pada abad ke-17 M mengalami pertumpahan darah yang begitu dahsyat selama 2 abad. Itu semua disebabkan pengakuan akan kepaling otentikan penafsiran kepada kitab sucinya. Golongan yang langsung merujuk pada kitab suci langsung mengklaim bahwa hanya dirinya yang benar dan yang lain salah sehingga harus dimusnahkan.
Kejadian itu harus dijadikan pelajaran bagi umat islam. Adanya perbedaan interpretasi terhadap kitab suci itu merupakan hal yang manusia. Bahwa penafisiran itu sesuai dengan pemikiran masing-masing. Sehingga perbedaan itu harus dihargai. Antara yang satu dan yang lainnya harus menerima perbedaan itu. Dalam harus ada kelapangan dada akan perbedaan yang dimunculkan penafsiran dari luasnya kitab suci itu sendiri.
Manusia tidak bisa mengatakan bahwa terdapat kebenaran mutlak yang ditemukannya. Yang bisa menentukan kebenaran universal itu hanyalah Tuhan. sehingga seseorang yang mengatakan ia terbenar, itu sama saja dengan mengaku Tuhan.
Untuk menggapai ini memang sangat lah baik jika agama dan agama dipisahkan. Kalau tidak demikian, maka dimungkinkan negara akan membatasi dan menentukan kebenaran berdasarkan keyakinan penguasa. Ini sangat ironis.
Post a Comment for "Seminar Prospek dan Problem Persatuan Islam di Indonesia"