Falsafah Milesian
Tentunya terdapat suatu latar belakang atas penamaan para failasuf awal perkembangan falsafah terhadap nama failasuf milesian. Seperti yang sudah diketahui bahwa para failasuf milesian disebut juga dengan failasuf alam (Bertrand Russel, Sejarah Falsafah Barat).
Nah, pada saat itu pemikiran manusia tidaklah sehebat sekarang, tapi hanya sebatas permasalahan kehidupan sehari-hari mereka, dan itupun hanya terbatas terhadap permasalahan-permasalahan yang sangat sederhana. Sehingga ketika ada seseorang yang bisa berfikir suatu hal yang lebih substansial dari permasalahan tersebut, berarti dia sudah merupakan orang yang sangat hebat, dan mereka itu lah yang juga memotivasi pera pemikir berikutnya untuk berfikir sesuatu yang jauh lebih hebat dari hal tersebut.
Misalakan saja para failasuf awal Yunani ini. Sebenarnya mereka hanya berfikir sederhana jika kita ukur dengan perkembangan pemikiran sekarang, karena mereka hanya berfikir tentang asal usul segala sesuatu yang ada di alam (hal yang bersifat empiris).
Dalam history perkembangan pemikiran disebutkan bahwa orang yang mengawali berfikir tentang asal usul segala sesuatu (jagat raya) seorang failasuf Yunani yang hidup sekitar abad ke-6 SM yang terkenal dengan nama Thales.
Memang tidak ada yang menyatakan secara jelas bahwa Thales hidup pada abad ke-6 SM, namun dikatakan bahwa ketika orang-orang Yunani yang bercocok tanam hanya bisa meramalkan gerhana bulan. sedangkan ia adalah orang pertama yang pernah diterangkan bahwa Thales pernah meramal gerhana matahari secara tepat. Hal ini berdasarkan penelitian para ilmuan tentang ramalan gerhana matarahi yang diprediksi sebagai ramalan Thales terjadi sekitar abad ke-6 SM.
Dia adalah orang pertama yang berfikir ilmiah tentang asal usul segala sesuatu yang dikatakan dengan ucapan bahwa “Segala Sesuatu Berasal Dari Air”. Manusia, tumbuhan, batu, besi, dan segala sesuatu yang ada dilalam ini terbentuk dari air.
Terdapat banyak alasan terbentuknya pemikiran yang demikian tersebut. Diantaranya adalah bahwa semua yang hidup membutuhkan air sebagai kebutuhan pokok yang tidak bisa dihindari, dan jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, tatanan alam akan berantankan. Sedangkan yang bersifat materi non hidup ternyata didalamnya masih terdapat unsur-unsur air, sehingga tanpa air semua tidak akan pernah ada.
Alasan selanjutnya adalah berdasarkan letak geografis tempat Thales hidup yang berdekatan dengan pantai, dan sehingga ketika ia keluar yang ia lihat adalah air, dan selalu ia renungkan karena ia penasaran akan hal itu. Dan ketika ia berjalan kemanapun ia selalu terbatasi oleh air, misalkan ia pergi kenegara lain ia selalu berpapasan dengan air, karena dimana-mana sudah tidak lepas dari air, seakan daratan ini selalu dibatasi dengan air, dan berdasar berdasarkan alasan-alasan diatas ia pun menyimpulkan bahwea segala sesuatu berasal dari air.
sedangkan prosesnya adalah air berubah menjadi jagad raya, air membeku menjadi es batu, air menguap menjadi udara, udara berada pada setiap benda. Dan cara berfikir inilah yang dikategorikan kedalam pemikiran ilmiah oleh para ilmuan, sehingga Thales dinubatkan sebagai failasuf pertama.
Namun pemikiran yang demikian itu terdapat banyak kejanggalan. Jika segala sesuatu berasal dari air bagaimana dengan hal-hal yang bertentangan dengan air seperti api, dan lainnya yang bersifat seperti api (panas, kering, dll). Adanya sesuatu yang bertentangan dalam satu wujud merupakan suatu hal yang sangat tidak mungking terjadi, dan merupakan suatu yang sangat lucu jika hal ini dipaksakan menjadi suatu statement yang ilmiah.
Sehingga muncullah failasuf kedua yang membantah yang membantah, dan melengkapi pemikiran gurunya -Thales- yang bernama Anaximandros (611-546 SM). Ia menyatakan bahwa asas segala sesuatu adalah “Yang Tak Terbatas” yang dalam bahasa yunaninya to Appeiron. Dan dari yang terbatas itu muncunlah pancaran-pancaran terlepas dari Yang Tak Terbatas unsur-unsur yang berlawanan (ta enanta), yang panas, dan yang dingin, dan yang kering, dan yang kering, dan yang basah.
Setelah gerakan penceraian, suatu gerakan yang memisahkan yang dingin dan yang panas. Yang panas memalut yang dingin, sehingga bersama-sama merupakan suatu bola raksasa. Karena kepanasan bola terebut mulai melepas air yang berupa awan, udara, kabut dll, kemudian memadat dank arena adanya tekanan udara, bola tersebut meletus menjadi jagat raya.
Menrut pandangan Anaximines (585-525 SM) pemikiran gurunya tersebut terlalu misterius. Ia lebih setuju mengatakan bahwa Esensi Dari Segala Sesuatu bukanlah air seperti yang dikatakan Thales, bukan pula suatu hal yang tak terbatas sebagaimana yang dikatakan anaximandros, tapi Udara. Karena udara manusia, hewan, dan tumbuhan bias hidup, dan juga sebenarnya didalam batu dan benda-benda lain terdapat udara yang merupakan bahan dasar dari terbentuknya melalui proses “pemadatan, dan pengenceran udara. Karena udara memadat maka timbullah secamra beruntutan angin, air, tanah, batu dan materi lainnya yang bersifat sama.sebaliknya karena udara mengencer maka muncullah api”.
Beda lagi menurut Xenopones, ia mengatakan jagat raya tersimpul dalam proses peredaran yang berlangsung secara terus-menerus. Tanah menjadi lumpur, laut menjadi lumpur, kemudian menjadi tanah.
Nah, pada saat itu pemikiran manusia tidaklah sehebat sekarang, tapi hanya sebatas permasalahan kehidupan sehari-hari mereka, dan itupun hanya terbatas terhadap permasalahan-permasalahan yang sangat sederhana. Sehingga ketika ada seseorang yang bisa berfikir suatu hal yang lebih substansial dari permasalahan tersebut, berarti dia sudah merupakan orang yang sangat hebat, dan mereka itu lah yang juga memotivasi pera pemikir berikutnya untuk berfikir sesuatu yang jauh lebih hebat dari hal tersebut.
Misalakan saja para failasuf awal Yunani ini. Sebenarnya mereka hanya berfikir sederhana jika kita ukur dengan perkembangan pemikiran sekarang, karena mereka hanya berfikir tentang asal usul segala sesuatu yang ada di alam (hal yang bersifat empiris).
Dalam history perkembangan pemikiran disebutkan bahwa orang yang mengawali berfikir tentang asal usul segala sesuatu (jagat raya) seorang failasuf Yunani yang hidup sekitar abad ke-6 SM yang terkenal dengan nama Thales.
Memang tidak ada yang menyatakan secara jelas bahwa Thales hidup pada abad ke-6 SM, namun dikatakan bahwa ketika orang-orang Yunani yang bercocok tanam hanya bisa meramalkan gerhana bulan. sedangkan ia adalah orang pertama yang pernah diterangkan bahwa Thales pernah meramal gerhana matahari secara tepat. Hal ini berdasarkan penelitian para ilmuan tentang ramalan gerhana matarahi yang diprediksi sebagai ramalan Thales terjadi sekitar abad ke-6 SM.
Dia adalah orang pertama yang berfikir ilmiah tentang asal usul segala sesuatu yang dikatakan dengan ucapan bahwa “Segala Sesuatu Berasal Dari Air”. Manusia, tumbuhan, batu, besi, dan segala sesuatu yang ada dilalam ini terbentuk dari air.
Terdapat banyak alasan terbentuknya pemikiran yang demikian tersebut. Diantaranya adalah bahwa semua yang hidup membutuhkan air sebagai kebutuhan pokok yang tidak bisa dihindari, dan jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, tatanan alam akan berantankan. Sedangkan yang bersifat materi non hidup ternyata didalamnya masih terdapat unsur-unsur air, sehingga tanpa air semua tidak akan pernah ada.
Alasan selanjutnya adalah berdasarkan letak geografis tempat Thales hidup yang berdekatan dengan pantai, dan sehingga ketika ia keluar yang ia lihat adalah air, dan selalu ia renungkan karena ia penasaran akan hal itu. Dan ketika ia berjalan kemanapun ia selalu terbatasi oleh air, misalkan ia pergi kenegara lain ia selalu berpapasan dengan air, karena dimana-mana sudah tidak lepas dari air, seakan daratan ini selalu dibatasi dengan air, dan berdasar berdasarkan alasan-alasan diatas ia pun menyimpulkan bahwea segala sesuatu berasal dari air.
sedangkan prosesnya adalah air berubah menjadi jagad raya, air membeku menjadi es batu, air menguap menjadi udara, udara berada pada setiap benda. Dan cara berfikir inilah yang dikategorikan kedalam pemikiran ilmiah oleh para ilmuan, sehingga Thales dinubatkan sebagai failasuf pertama.
Namun pemikiran yang demikian itu terdapat banyak kejanggalan. Jika segala sesuatu berasal dari air bagaimana dengan hal-hal yang bertentangan dengan air seperti api, dan lainnya yang bersifat seperti api (panas, kering, dll). Adanya sesuatu yang bertentangan dalam satu wujud merupakan suatu hal yang sangat tidak mungking terjadi, dan merupakan suatu yang sangat lucu jika hal ini dipaksakan menjadi suatu statement yang ilmiah.
Sehingga muncullah failasuf kedua yang membantah yang membantah, dan melengkapi pemikiran gurunya -Thales- yang bernama Anaximandros (611-546 SM). Ia menyatakan bahwa asas segala sesuatu adalah “Yang Tak Terbatas” yang dalam bahasa yunaninya to Appeiron. Dan dari yang terbatas itu muncunlah pancaran-pancaran terlepas dari Yang Tak Terbatas unsur-unsur yang berlawanan (ta enanta), yang panas, dan yang dingin, dan yang kering, dan yang kering, dan yang basah.
Setelah gerakan penceraian, suatu gerakan yang memisahkan yang dingin dan yang panas. Yang panas memalut yang dingin, sehingga bersama-sama merupakan suatu bola raksasa. Karena kepanasan bola terebut mulai melepas air yang berupa awan, udara, kabut dll, kemudian memadat dank arena adanya tekanan udara, bola tersebut meletus menjadi jagat raya.
Menrut pandangan Anaximines (585-525 SM) pemikiran gurunya tersebut terlalu misterius. Ia lebih setuju mengatakan bahwa Esensi Dari Segala Sesuatu bukanlah air seperti yang dikatakan Thales, bukan pula suatu hal yang tak terbatas sebagaimana yang dikatakan anaximandros, tapi Udara. Karena udara manusia, hewan, dan tumbuhan bias hidup, dan juga sebenarnya didalam batu dan benda-benda lain terdapat udara yang merupakan bahan dasar dari terbentuknya melalui proses “pemadatan, dan pengenceran udara. Karena udara memadat maka timbullah secamra beruntutan angin, air, tanah, batu dan materi lainnya yang bersifat sama.sebaliknya karena udara mengencer maka muncullah api”.
Beda lagi menurut Xenopones, ia mengatakan jagat raya tersimpul dalam proses peredaran yang berlangsung secara terus-menerus. Tanah menjadi lumpur, laut menjadi lumpur, kemudian menjadi tanah.
Post a Comment for "Falsafah Milesian"