Falsafah Alam (Kosmologi)
Di Yunani kuno terdapat suatu keyakinan kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta adalah sebuah cakram bundar datar yang ditangkuoi sebuah cawan yang oleh mata kita liat sebagai langit, sedangkan debawah cakram ini terdapat suatu yang mirip batang pohon sebagai penyanggah dang menjadi representasi daripada dunia bawah, dunia kegelapan yang dikuasai oleh hades adik zeus. Keyakinan mistis semacam inilah yang pada akhirnya akan ditentang oleh kosmologi.[1]
Kosmologi adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam semerta. Istiah ini dominan sebelum berkembangnya ilmu pegetahuan modern. Kosmologi dianggap sebagai pendahulu ilmu pengatahuan alam, terutama fisika, demikian adanya karena otoritas yang mapan dalam kosmologi kebantakan dipegang oleh para guru besar fisika.[2]
Keterikatan pada pengetahuan kosmik pertama kali muncul pada abad ke-6 SM di berbagai belahan dunia di saerah timur mediterinia, cina, india, yunani. Dibarbagai tersebutu muncul para pemikir kreatif yang mencoba memahami fenomina alan dengan akal masing-masing, menetang mitologi dan kpercayaan masyarakat yang berfikir abstrak.
Dalam tradisi pemikiran barat, istilah kosmologi pertama kali diterapkan pada alam semesta oleh Pythagoras (580-500 SM), yang menunjukkan alam semesta ditata baik dan rapi, dunia yang ramah terhadap pengertian manusia.[3]
Istilah kosmologi sering dilawankan dengan kata chaos (ketiadaan bentuk)[4] yang dalam mitologi yunani diyakini sebagai makhluk hidup pertama. Keyakinan mistis tersebut disatas mulai mendapat tantangan keras pada abad ke-6 sm diyunani, ionia. Pada masa itu sebuah konsep baru yang mungkin menjadi salah satu gagasan terbesar yang pernah dihasilkan manusia, berkembang: alam semesta dapa dimengerti. Para pemikir ionia kala itu berpendapat demikian setelah melihat bahwa terdapat keteraturan dalam pergerakan alam yang memungkinkan keteraturan dalam pergerakan alam yang memungkinkan kita mempelajari rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya. Alam dapat diramaikan, sebab ada peraturan-peraturan yang harus dijalani alam. Sigat keteraturan dari alam semesta yang dimasud kosmos.[5]
Kosmologi atau lebih polular disebut dengan falsafah alam. Kata ini berasal dari bahasa yunani kosmos dan logos. Kosmos berarti susunan atau keteraturan, sedangkan logos berarti telaah atau study. Dalam kamus falsafah terdapat beberapa pengertian bagi kosmologi. Diantaranya yaitu:
Ilmu tentang alam semesta sebagai sutu susten yang rasional dan teratur.
Sering digunakan untuk menunjuk cabang ilmu pengetahuan, khususnya bidang astronomi, yang berupaya membuat hipitesis mengenai asal, struktur, cirri khas, dan perkembangan alam fisik berdasarkan pengematan dan metodelogi ilmiah.
Ilmu memandang alam semista sebagai suatu keseluruhan yang itntegral: adalah bagian dari alam semesta itu berdasarkan pengalaman astronomi, merupakan siatu bagian dari keeluruhan tersebut.
Secara tradisional, kosmologi dianggap sebagai cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal dan susunan alam raya, vitalitas atau mekansisme, kodrat hukum waktu, ruang an kausalitas. Tugas kosmologi mungking dapat dibedakan dair tugas ontology oleh suatu perbedaan tingkat. Analisis kosmologi berusaha mencari hubungan-hubungan dan pembedaan yang berlaku dalam dunia maupun juga.[6]
Disamping istilah kosmologi dikenal juga kata yang maknanya agak mirip yaitu kosmologoni. Kosmologoni adalah penjelasan atau keterangan tentang asal-usul alam semesta menurut mitos.[7]
Kedudukan Falsafah Alam Dalam Sistematika Falsafah
Menurut bakker dalam sistematika falsafah, kosmologi dekat dengan ontology, yairu kedua-duanya mencari struktur dan norma-norma kesemestaan, tetapi kosmologi membatasi diri pada struktur dan norma yang terukir dalam alam semerta. Perbedaan kedia cabang falsafah ini dapat dilihat dari dua segi. Pertama, ontology dalam artinya yang umum adalah falsafah yang membicarakan prinsip-prinsip rasional tentang yang ada, sedangkan kosmologi lebih focus pada prinsip-prinsip yang ada yang teratur (kosmos).
Ontology berurusan memahami urusan baik manusia dan dunia maupun tuhan dalam satu keseluruhan konseptual yang koheren. Usaha ontology ini memakasa pemikiran manusia untuk mncapai ke inti yang paling murni yang tersembunyi dalam struktur-struktur pengalalman manusia, dengan beruha mengurangi keterikatan pengetahuan manusia pada pengalaman indrawi. Pembersihan itu perlu agar konsep-konsep mendasar juga dapat mengingklusikan kemutlakan dan kemurnian tuhan. tetepi dalam kosmologi tidak perlu dilakukan pemurnian sedemikian jauh. Kosmos manusia dialami secara langsung dengan indra manusia. Semua aspek kosmis dan manusia diwarnai oleh pengalaman indrawi itu dan tidak dapat dilepaskan dirinya.[8]
Objek Kajian Falsafah
Sebagaimana lazimnya setiap cabang keimuan dalam falsafah alam oun terdaoatu dua objek kajian yaitu material dan objek formal.
Objek material falsafah alam adalah struktur-struktur kosmos yang pokok dan norma-norma yang terukir didalamnya dengan langsung. Namun secara praktis falsafah alam kerap dianggap membatasi diri karena hanya membahas berda material, dunia fisika-kimia.[9] Pembatasan ini sering menimbulkan banyak pertanyaan dan keberatan. Dunia yang dimaksud falsafah alam adalah sejauh dialami dan dihayati manusia seutuhnya. Oleh karena disimpulkan bahwa objek yang dibahas dalam filsaft alam tidak hanya benda mati ataupun menuru makhluk-mkahluk lainnya menrut tubuh yang boitik saha, melainkan keutuhan dunia selengkapnya.[10]
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa sejakah dunia seutuhnya yang dialami manusia?
Belum ada sekempatan bulat yang terwujud untuk memberkan batasan pada objek kajian kosmologi, masing-masing memiliki pengertian tesendiri dalam memahami sejauh mana area yang dicakup kosmologi. Tidak adanya kesepakatan pembatasan lingkup tersebut dimungkinkan karena akan timbulnya banyak pertanyaan dan keberatan dengan kesepakatan tersebut mengingat cakupannya yang amat sangat luas dan cabang keilmuan yang lain yang bagitu beragam. Apalagi bilamana dikaitkan dengan falsafah itu sendiri. Namn setidaknya dapat diketahui bahwa kosmologi secara umum membahas tentang dunia berdasarkan alam inderawi yang dapt dipahami oleh manusia.
Objek formalitas falsafah alam meliputi dua aspek. Pertaa, dunia menurut ekstensinya yang mengadung segala macam dunia dengan segala bagian dan spesiesnya. Sehingga tiada yang dikecualikan darinya. Kedia dinia menuru komprehensipnnya, shingga tidak hanya menunjukkan satu aspek khusu atau pandangan khusu, justru mengungkapkan hakikat sendiri yang membuat dunia menjadi dunia.[11]
Metode Filsfat Alam
Pada talaah selanjutnya tentang betuk-bentuk pemikiran filsaft alam, akan kita dapai begitu banyak pandangan-pandangan yang masing-masing memiliki watak yang berbeda. Orientasi dan perspektif yang berbeda. Menurut joko siswanti hal ini antara lain disebabkan oleh penggunaan metode yang berbeda. Disamping itu metode dipandang sebagai penjamin hakikat ilmu pengetahian yang bersifat sistematis metidis.[12] Kerana itu pembahasan mengenai metode yang digunakan dalam falsafah alam pun menjadi penting.
Menurut bakker, dalam falsafah alam terdapat sekurang-kurangnya tida metode yang penting. Ketiga metode tersebtu adalah metode kritis, metode fenomenologi dan metode transcendental.[13]
Metode kritis membicarakan bermacam-macam teori ilmiah filosofis dengan menyelidiki konsistensi intrinsic pada teori-teori itu dan kesesuaiannya dengan teori ilmu khusus dan dengan pengalaman hidup sehari-hari sambil menggunakan tekni-teknik kritis. Kemudian disisihkan unsure-unsur yang tida dapat dipertahanka dan dibentuk pandangan yang tahan uji. Metode ini bersifat negate sebab maju dengan menyisihkan visi-visi filosofis lain yang gagal dengan sendirinya tanpa memberikan pemahaman dan kepastian positif.
Metode fenominologi langsung merefleksikan gejala-gejala hidup sehari-hari sejauh disadari oleh subjek. Didalam fenomena yang terbatas dan tercatat diusahakan membaca sekali pengalaman asli dan fundamental yang tersembunyi didalamnya. Hal itu hanya muntkin kalau fenomena yang dimaksud diperiksa sejauh merupakan bagian dunia yang dihidupi sebagai suatu keseluruhan dengan demikian setaoak demi setapak dikemukakan kembali struktur dunia manusia yang benar.
Metode transcendental bertitik tlak dari fenomena manusiawi yang paling sentral yaitu dari fakta kegaitannya. Tidak dianalisis arti dan nilai yang diungkapkan sbagai sisi eksplisit dalam kegiatan itu, melainkan dicari pengandaian implicit atau syarat-syarat mutlak yang memungkinkan pelaksanaan fakta kegiatan tersebut. Asumsi-asumsi itu ditemukan baik pada subjek itu sendiri yang bertindak meupun pada pihak yang dilibatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://mubarok-institute.blogspot.com
http://id.wikepwdia.org/falsafah.alam
Joko siswanto, orientasi kosmologi, (Yogyakarta: gadjah mada press, 2005)
http://mubarok-institute.blogspot.com
Cari sagan, kosmos, alih bahasa bambang hidayat, (Jakarta: yayasan obor indonesia)
Lorens bagus, Kamus Falsafah, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 499
A. G. van melsen, the philosophy of nature, (pittsbung: duquense university, 1954)
Anton bakker, kosmologi dan ekologi, (Yogyakarta: kanisius, 1996)
[1] http://mubarok-institute.blogspot.com
[2] http://id.wikepwdia.org/falsafah.alam
[3] Joko siswanto, orientasi kosmologi, (Yogyakarta: gadjah mada press, 2005), h. 2
[4] http://mubarok-institute.blogspot.com
[5] Cari sagan, kosmos, alih bahasa bambang hidayat, (Jakarta: yayasan obor indonesia), h. 499
[6] Lorens bagus, Kamus Falsafah, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 499
[7] Joko siswanto, h. 2
[8] Ibid, h. 7
[9] A. G. van melsen, the philosophy of nature, (pittsbung: duquense university, 1954), h. 15
[10] Anton bakker, kosmologi dan ekologi, (Yogyakarta: kanisius, 1996), h. 28
[11] ibid
[12] Joko sisiwanto, h. 6
[13] Bakker, h. 38
Kosmologi adalah istilah yang melekat pada pengkajian alam semerta. Istiah ini dominan sebelum berkembangnya ilmu pegetahuan modern. Kosmologi dianggap sebagai pendahulu ilmu pengatahuan alam, terutama fisika, demikian adanya karena otoritas yang mapan dalam kosmologi kebantakan dipegang oleh para guru besar fisika.[2]
Keterikatan pada pengetahuan kosmik pertama kali muncul pada abad ke-6 SM di berbagai belahan dunia di saerah timur mediterinia, cina, india, yunani. Dibarbagai tersebutu muncul para pemikir kreatif yang mencoba memahami fenomina alan dengan akal masing-masing, menetang mitologi dan kpercayaan masyarakat yang berfikir abstrak.
Dalam tradisi pemikiran barat, istilah kosmologi pertama kali diterapkan pada alam semesta oleh Pythagoras (580-500 SM), yang menunjukkan alam semesta ditata baik dan rapi, dunia yang ramah terhadap pengertian manusia.[3]
Istilah kosmologi sering dilawankan dengan kata chaos (ketiadaan bentuk)[4] yang dalam mitologi yunani diyakini sebagai makhluk hidup pertama. Keyakinan mistis tersebut disatas mulai mendapat tantangan keras pada abad ke-6 sm diyunani, ionia. Pada masa itu sebuah konsep baru yang mungkin menjadi salah satu gagasan terbesar yang pernah dihasilkan manusia, berkembang: alam semesta dapa dimengerti. Para pemikir ionia kala itu berpendapat demikian setelah melihat bahwa terdapat keteraturan dalam pergerakan alam yang memungkinkan keteraturan dalam pergerakan alam yang memungkinkan kita mempelajari rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya. Alam dapat diramaikan, sebab ada peraturan-peraturan yang harus dijalani alam. Sigat keteraturan dari alam semesta yang dimasud kosmos.[5]
Kosmologi atau lebih polular disebut dengan falsafah alam. Kata ini berasal dari bahasa yunani kosmos dan logos. Kosmos berarti susunan atau keteraturan, sedangkan logos berarti telaah atau study. Dalam kamus falsafah terdapat beberapa pengertian bagi kosmologi. Diantaranya yaitu:
Ilmu tentang alam semesta sebagai sutu susten yang rasional dan teratur.
Sering digunakan untuk menunjuk cabang ilmu pengetahuan, khususnya bidang astronomi, yang berupaya membuat hipitesis mengenai asal, struktur, cirri khas, dan perkembangan alam fisik berdasarkan pengematan dan metodelogi ilmiah.
Ilmu memandang alam semista sebagai suatu keseluruhan yang itntegral: adalah bagian dari alam semesta itu berdasarkan pengalaman astronomi, merupakan siatu bagian dari keeluruhan tersebut.
Secara tradisional, kosmologi dianggap sebagai cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal dan susunan alam raya, vitalitas atau mekansisme, kodrat hukum waktu, ruang an kausalitas. Tugas kosmologi mungking dapat dibedakan dair tugas ontology oleh suatu perbedaan tingkat. Analisis kosmologi berusaha mencari hubungan-hubungan dan pembedaan yang berlaku dalam dunia maupun juga.[6]
Disamping istilah kosmologi dikenal juga kata yang maknanya agak mirip yaitu kosmologoni. Kosmologoni adalah penjelasan atau keterangan tentang asal-usul alam semesta menurut mitos.[7]
Kedudukan Falsafah Alam Dalam Sistematika Falsafah
Menurut bakker dalam sistematika falsafah, kosmologi dekat dengan ontology, yairu kedua-duanya mencari struktur dan norma-norma kesemestaan, tetapi kosmologi membatasi diri pada struktur dan norma yang terukir dalam alam semerta. Perbedaan kedia cabang falsafah ini dapat dilihat dari dua segi. Pertama, ontology dalam artinya yang umum adalah falsafah yang membicarakan prinsip-prinsip rasional tentang yang ada, sedangkan kosmologi lebih focus pada prinsip-prinsip yang ada yang teratur (kosmos).
Ontology berurusan memahami urusan baik manusia dan dunia maupun tuhan dalam satu keseluruhan konseptual yang koheren. Usaha ontology ini memakasa pemikiran manusia untuk mncapai ke inti yang paling murni yang tersembunyi dalam struktur-struktur pengalalman manusia, dengan beruha mengurangi keterikatan pengetahuan manusia pada pengalaman indrawi. Pembersihan itu perlu agar konsep-konsep mendasar juga dapat mengingklusikan kemutlakan dan kemurnian tuhan. tetepi dalam kosmologi tidak perlu dilakukan pemurnian sedemikian jauh. Kosmos manusia dialami secara langsung dengan indra manusia. Semua aspek kosmis dan manusia diwarnai oleh pengalaman indrawi itu dan tidak dapat dilepaskan dirinya.[8]
Objek Kajian Falsafah
Sebagaimana lazimnya setiap cabang keimuan dalam falsafah alam oun terdaoatu dua objek kajian yaitu material dan objek formal.
Objek material falsafah alam adalah struktur-struktur kosmos yang pokok dan norma-norma yang terukir didalamnya dengan langsung. Namun secara praktis falsafah alam kerap dianggap membatasi diri karena hanya membahas berda material, dunia fisika-kimia.[9] Pembatasan ini sering menimbulkan banyak pertanyaan dan keberatan. Dunia yang dimaksud falsafah alam adalah sejauh dialami dan dihayati manusia seutuhnya. Oleh karena disimpulkan bahwa objek yang dibahas dalam filsaft alam tidak hanya benda mati ataupun menuru makhluk-mkahluk lainnya menrut tubuh yang boitik saha, melainkan keutuhan dunia selengkapnya.[10]
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah apa sejakah dunia seutuhnya yang dialami manusia?
Belum ada sekempatan bulat yang terwujud untuk memberkan batasan pada objek kajian kosmologi, masing-masing memiliki pengertian tesendiri dalam memahami sejauh mana area yang dicakup kosmologi. Tidak adanya kesepakatan pembatasan lingkup tersebut dimungkinkan karena akan timbulnya banyak pertanyaan dan keberatan dengan kesepakatan tersebut mengingat cakupannya yang amat sangat luas dan cabang keilmuan yang lain yang bagitu beragam. Apalagi bilamana dikaitkan dengan falsafah itu sendiri. Namn setidaknya dapat diketahui bahwa kosmologi secara umum membahas tentang dunia berdasarkan alam inderawi yang dapt dipahami oleh manusia.
Objek formalitas falsafah alam meliputi dua aspek. Pertaa, dunia menurut ekstensinya yang mengadung segala macam dunia dengan segala bagian dan spesiesnya. Sehingga tiada yang dikecualikan darinya. Kedia dinia menuru komprehensipnnya, shingga tidak hanya menunjukkan satu aspek khusu atau pandangan khusu, justru mengungkapkan hakikat sendiri yang membuat dunia menjadi dunia.[11]
Metode Filsfat Alam
Pada talaah selanjutnya tentang betuk-bentuk pemikiran filsaft alam, akan kita dapai begitu banyak pandangan-pandangan yang masing-masing memiliki watak yang berbeda. Orientasi dan perspektif yang berbeda. Menurut joko siswanti hal ini antara lain disebabkan oleh penggunaan metode yang berbeda. Disamping itu metode dipandang sebagai penjamin hakikat ilmu pengetahian yang bersifat sistematis metidis.[12] Kerana itu pembahasan mengenai metode yang digunakan dalam falsafah alam pun menjadi penting.
Menurut bakker, dalam falsafah alam terdapat sekurang-kurangnya tida metode yang penting. Ketiga metode tersebtu adalah metode kritis, metode fenomenologi dan metode transcendental.[13]
Metode kritis membicarakan bermacam-macam teori ilmiah filosofis dengan menyelidiki konsistensi intrinsic pada teori-teori itu dan kesesuaiannya dengan teori ilmu khusus dan dengan pengalaman hidup sehari-hari sambil menggunakan tekni-teknik kritis. Kemudian disisihkan unsure-unsur yang tida dapat dipertahanka dan dibentuk pandangan yang tahan uji. Metode ini bersifat negate sebab maju dengan menyisihkan visi-visi filosofis lain yang gagal dengan sendirinya tanpa memberikan pemahaman dan kepastian positif.
Metode fenominologi langsung merefleksikan gejala-gejala hidup sehari-hari sejauh disadari oleh subjek. Didalam fenomena yang terbatas dan tercatat diusahakan membaca sekali pengalaman asli dan fundamental yang tersembunyi didalamnya. Hal itu hanya muntkin kalau fenomena yang dimaksud diperiksa sejauh merupakan bagian dunia yang dihidupi sebagai suatu keseluruhan dengan demikian setaoak demi setapak dikemukakan kembali struktur dunia manusia yang benar.
Metode transcendental bertitik tlak dari fenomena manusiawi yang paling sentral yaitu dari fakta kegaitannya. Tidak dianalisis arti dan nilai yang diungkapkan sbagai sisi eksplisit dalam kegiatan itu, melainkan dicari pengandaian implicit atau syarat-syarat mutlak yang memungkinkan pelaksanaan fakta kegiatan tersebut. Asumsi-asumsi itu ditemukan baik pada subjek itu sendiri yang bertindak meupun pada pihak yang dilibatkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://mubarok-institute.blogspot.com
http://id.wikepwdia.org/falsafah.alam
Joko siswanto, orientasi kosmologi, (Yogyakarta: gadjah mada press, 2005)
http://mubarok-institute.blogspot.com
Cari sagan, kosmos, alih bahasa bambang hidayat, (Jakarta: yayasan obor indonesia)
Lorens bagus, Kamus Falsafah, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 499
A. G. van melsen, the philosophy of nature, (pittsbung: duquense university, 1954)
Anton bakker, kosmologi dan ekologi, (Yogyakarta: kanisius, 1996)
[1] http://mubarok-institute.blogspot.com
[2] http://id.wikepwdia.org/falsafah.alam
[3] Joko siswanto, orientasi kosmologi, (Yogyakarta: gadjah mada press, 2005), h. 2
[4] http://mubarok-institute.blogspot.com
[5] Cari sagan, kosmos, alih bahasa bambang hidayat, (Jakarta: yayasan obor indonesia), h. 499
[6] Lorens bagus, Kamus Falsafah, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2002), h. 499
[7] Joko siswanto, h. 2
[8] Ibid, h. 7
[9] A. G. van melsen, the philosophy of nature, (pittsbung: duquense university, 1954), h. 15
[10] Anton bakker, kosmologi dan ekologi, (Yogyakarta: kanisius, 1996), h. 28
[11] ibid
[12] Joko sisiwanto, h. 6
[13] Bakker, h. 38
Post a Comment for "Falsafah Alam (Kosmologi)"