Tentang Masyarakat Kreatif di Pasir Jawa
Ceritaku di Pasir Jawa (KKN Super)
Survei sebelum terakhir merupakan waktu pertama kali saya sampai di kampung pasir jawa, desa pasir jaya, kecamatan cigombong, bogor. Pada saat ini saya tidak banyak melihat tentang segala sesuatu di kampung tersebut. Yang saya bisa nikmati ketika masuk di area pasir jawa, hanyalah pemandangan alam, masyarakat beserta lahan-lahannya yang berupa sawah-sawah yang melintang luas dan kolam ikan melimpah ruah di samping beberapa rumah masyarakat.
Survei sebelum terakhir merupakan waktu pertama kali saya sampai di kampung pasir jawa, desa pasir jaya, kecamatan cigombong, bogor. Pada saat ini saya tidak banyak melihat tentang segala sesuatu di kampung tersebut. Yang saya bisa nikmati ketika masuk di area pasir jawa, hanyalah pemandangan alam, masyarakat beserta lahan-lahannya yang berupa sawah-sawah yang melintang luas dan kolam ikan melimpah ruah di samping beberapa rumah masyarakat.
Masih di perjalanan, saya pun terus
bertanya-tanya tentang ikan yang bersemayam di kolam itu, pada saat itu lah
saya mengandai mungkin yang ada di kolam itu adalah ikan lele, karena saya
punya pengalaman memelihara lele dan buku panduannya berasal dari bogor. Sesampainya
di rumah kontrakan, di sana juga terdapat kolam ikan mujair yang berwarna-warni
dengan ukuran yang beranikaragam. Keanekaramanan warna dan ukuran itu menambah
keindahan kolam yang ada di depan rumah, membuat hati saya tenang.
Tetapi rasa penasaran tetap ada di benak,
apakah ikan itu untuk dijual atau hanya hobi saja. Kalau memang hanya untuk
dijual atau kolam itu sebagai lahan bisnis, mengapa ukurannya tidak sama dan
perbedaannya sangat jauh, ada yang segede tangan, ada juga yang seperti ujung
rambut. Atau mungkin saja yang dijual itu bibitnya, tetapi mengapa tidak ada
peralatan pemejahan dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu terus
megalair dalam benak saya sambil menikmati keindahan kolam yang ada di sana.
Tidak lama setelah itu, abah yang punya kolam
datang menghampiri kami. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk
bertanya segala macam tentang ikan itu. yang punya ikat mengatakan bahwa ia
memelihara ikan mujair tidak untuk bisni, tetapi lebih pada hobi. Jadi
ikan-ikan indah itu yang selalu menemani hidupnya, dan selalu memberikan
ketenangan dikala dalam keadaan galau.
Hal itu wajar, karena istri abah sudah lama
meninggalkan beliau, sehingga teman hidupnya yang selalu mengisi hidupnya sudah
tak ada lagi kecuali cucu kesangannya yang bernama arul. Cucu itu tidak lah
cukup baginya untuk menemani hidupnya. Ketikdak cukupan itu dilengkapi dengan
ikan-ikan mujair yang berwarna-warni.
Setelah itu, saya melihat di kolam itu
terdapat air yang terus mengalir tanpa henti. Demikian juga di kamar mandi.
saya pun heran dengan keadaan itu, dari mana abah dapat air dan bagaimana ia
membayar listrik karena pompa air tidak pernah berhenti.
Saya coba jalan-jalan kedalam rumah dan ke
kamar mandi sambil mencari tempat abah meletakkan pompa airnya. Saya sangat
penasaran apakah ada penampungan air sehingga pompa air tidak selalu menyala
atau ia memeng tidak pernah berhenti. Beberapa lama saya muter-muter rumah,
tetapi tidak satu pun ditemukan apa yang saya cari. Ketika itu saya semakin
heran dan terus bertanya-tanya.
Saya pun bertanya kepada abah tentang aliran
air yang tak pernah henti itu. setelah berbincang-bincang lama, abah mengatakan
bahwa ia mengambil seluruh air dari MCK yang berada di pojok rumahnya. Beliau
memanfaatkan sifat-sifat air yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran
rendah. Air yang berada di MCK yang lebih tinggi dari rumahnya itu beliau
alirkan ke kamar mandi yang berfungsi sebagai pusat air di seluruh rumah. Dari
kamar mandi itu, dialirkan ke kolam ikan dan ketempat cuci piring. Dari kamar
mandi menggunakan satu pipa, yang kemudian bercabang menuju kolam ikan dan
tempat cuci.
Di samping itu juga mengalir ke kamar mandi
yang di bawa. Kamar mandi itu merupakan kamar mandi pribadi abah, tetapi
temen-temen kkn terkadang sering meminjamnya dikala kamar mandi utama penuh.
Dalam hal ini, abah tampak sangat cerdas
memanfaatkan potensi yang ada. misalkan dalam menggunakan sifat-sifat air yang
tadi. Bagaimana mengatur jalan air sehingga bisa bermanfaat dengan baik untuk
hidupnya tanpa meneluarkan banyak biaya. Padahal abah tidak pernah mengenyam
pendidikan perguruan tinggi.
Di suatu malam di perbincangan yang tanpa
disengaja. Abah bercerita, bahwa ia ingin sekali kuliah di perguruan tinggi,
tetapi terdapat kendala besar yang menjadikannya putus pendidikan. Kendala itu
ialah biaya pendidikan yang tidak sesuai dengan penghasilan. Melihat keadaan
itu, abah memutuskan untuk merantau dan bekerja sebagai buruh gudang pada
seorang direktur perusahaan di tangerang. Kebetulan majikannya itu sangat
bersikap baik dan ramah pada abah.
Dari bekerja sebagai buruh itu, abah diminta
untuk tidak lagi bekerja sebagai buruh, tetapi bekerja sebagai orang yang
menemani anaknya pergi dan pulang sekolah. Pekerjaan itu ia jalani selama
beberapa tahun.
Setelah itu baru ia diajak ke kantornya oleh
majikannya tersebut untuk menjaga mobilnya. Selama perjalanan abah selalu
memerhatikan majikannya cara-cara mengemudi mobil. Sesekali ia memindahkan
mobil dari satu tempat ke tempat lain. Tetapi ia menabrak pagar dan mobilnya rusak.
Yang sangat mengagumkan, majikannya itu tidak
marah, malah hanya senyum dan menawarkan abah untuk belajar mobil di suatu
tempat sekolah mobil. Dari situ lah ia mahir mengemodi mobil.
Tidak hanya itu, pernah itu merantau ke tempat
lain, dan ikut ahli montir mobil. Abah hanya ikut saja dan membantunya dalam
memperbaiki mobil. Ketika ia dalam bekerja, abah juga sambil bertanya tentang
segala yang peralatan dan kerusakan-kerusakan di mesin itu. tidak lama setelah
itu abah pun menjadi montir mobil juga sebagai mana gurunya.
Dalam realita ini, pendidikan formal itu tidak
selamnya menjadi tuhan yang memberikan sejuta keahlian dan kesuksesan.
Pendidikan non formal lah justru yang menjadikan abah mempunyai keahlian dan
kemampuan untuk menggunakan potensinya dengan baik. oleh karena itu, kuncu
utama dalam kesuksesan seseorang itu sebenarnya bukan dalam pendidikan formal,
tetapi berada pada sejauh dan sekuat apa himma seseorang untuk terus
berusaha mencari dan menggunakan kesempatan sebaik mungkin untu menggapai
cita-cita yang diinginkan.
Post a Comment for "Tentang Masyarakat Kreatif di Pasir Jawa"