Syamsuddin as Sumatrani
Oleh Hairus Saleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Biografi
Syamsuddin as Sumatrani berasal dari daerah Sumatera yang saat ini dikenal dengan nama Samudera Pasai. Pada masa pemerintahan Sayyid Mukammil (1589-1604), Syamsuddin Sumatrani sudah menjadi orang kepercayaan sultan Aceh. Syamsuddin Sumatrani wafat pada tahun 1039 H/1630 M.
Ia berpengaruh serta berperan besar dalam sejarah pembentukan dan pengembangan intelektualitas keislaman di Aceh pada kisaran abad ke-l7 M dan beberapa dasawarsa sebelumnya.
Syamsuddin Sumatrani sebagai murid dari Hamzah Fansuri. Pandangannya ini diperkuat dengan ditemukannya dua karya tulis Syamsuddin Sumatrani yang merupakan ulasan (syarah) terhadap pengajaran Hamzah Fansuri. Kedua karya tulis Syamsuddin Sumatrani itu adalah Syarah Ruba’i Hamzah Fansuri dan Syarah Syair Ikan Tongkol.[1]
Sekitas Tentang Ajarannya
Tentunya ajaran gurunya juga sangat berpengaruh terhadap pemikiran Syamsuddin al Sumatrani ini. Ia sama dengan Hamzah Fansuri, menganut paham wujudiyah. Bedanya ada pada pemahaman tentang martabat. Dalam proses penciptaan Hamzah Fansuri hanya membaginya dengan lima proses, tatapi Syamsuddin mengembangkannya menjadi tujuh martabat.
Tujuh martabat itu diantaranya yaitu, pertama martabat ahadiyyah (martabat Dzat Allah Ta’ala, hakikat Allah), kedua martabat wahdah (hakikat Muhammad, sifat Allah), ketiga martabat wahidiyyah (hakikat insan dan Adam ‘alaihi al Salam dan kita sekalian),[2] keempat martabat alam arwah (martabat (hakikat) segala nyawa), kelima martabat alam mitsal (martabat (hakikat) segala rupa), keenam martabat alam ajsam (martabat (hakikat) segala tubuh) dan ketujuh martabat alam insan (martabat (hakikat) segala manusia).[3]
Post a Comment for "Syamsuddin as Sumatrani"