Orientasi Pemikiran Umat Islam di Tiga Abad Pertama
Oleh Hairus Saleh
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berangkat dari sebuah sejarah filsafat Yunani yang berjaya di Alexandria. Bahwasanya, di kota terasebut budaya Yunani menjadi satu-satunya pusat peradaban dan pengetahuan dunia. Di sana merupakan tempat pemikiran secular Yunani yang konservatif. Keadaan itu lah yang menjadikan Alexandria terkenal sebagai kota metropolis untuk pengetahuan kuno dan menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemikiran dunia.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berangkat dari sebuah sejarah filsafat Yunani yang berjaya di Alexandria. Bahwasanya, di kota terasebut budaya Yunani menjadi satu-satunya pusat peradaban dan pengetahuan dunia. Di sana merupakan tempat pemikiran secular Yunani yang konservatif. Keadaan itu lah yang menjadikan Alexandria terkenal sebagai kota metropolis untuk pengetahuan kuno dan menjadikan kota tersebut sebagai pusat pemikiran dunia.
Alexandria menjadi pujaan dunia di
bidang budaya dan pemikiran, itu semua tidak lain karena ada suatu hal yang
sangat mendukung perkembangan tersebut, yaitu lengkapnya koleksi perpustakaan
yang terdapat di tengah-tengah kota itu. Sehingga masyarakat dan ilmuan dengan
mudahnya mempelajari pemikiran dan menganalisis segala hal.
Isi dari perpustakaan itu adalah buku-buku
tentang pemikiran tokoh besar Yunani yang sangat berpengaruh di zamannya.
Diantaranya adalah pemikiran Phytagoras, Plotinus, Plato dan lainnya. Buku
pemikir besar inilah yang mewakili pemikiran religious Yunani.
Pada saat-saat itu, tepatnya
sebelum datangnya Islam, kehidupan orang Arab adalah nomaden. Sering terjadi
pertikaian antara yang satu dengan yang lainnya. Tidak ada kerukunan antara
umat beragama, atheis maupun orang yang musyrik. Di tengah keadaan seperti itu,
datanglah tawaran-tawaran ajaran baru dari agama-agama baru yang lebih
menjanjikan suatu kedamaian. Agama-agama yang menawarkan itu adalah Zoroaster, Yahudi,
Kristen dan Islam.
Islam sebagai agama yang juga memengaruhi
orang Arab, ia mempunyai cirri khas yang tidak sama dengan lainnya seperti
tatacara dalam beribadah dan konsep-konsep ketuhanannnya. Namun secara garis
besar pada umumnya mempunyai ajaran yang sama berupa ajaran beribadah kepada Tuhan,
berpuasa dan lain sebagainya.
Ajaran itu tidak lain adalah ajaran
tentang keimanan. Namun cukuplah bagi muslim sebagai langkah awal menuju
pemikiran tradisional yang nantinya sangat mempengaruhi perkembangan pemikiranya.
Kontak antara muslim dengan
pemikiran tradisional terjadi ketika
umat Islam mengadakan ekspansi keberbagai daerah di Eropa dan Afrika. Dalam
keadaan itu, pemikiran klasik mempunyai peran penting. Ia mengajarkan pada umat
Islam tentang pemikiran yang luas. Pengaruh itu jelas ada konsekuensi baik dan
buruk. Konsekuensi baiknya adalah pembelajaran bagaimana manusia seharusnya
dalam mengahapi realita. Setidaknya pemikiran klasik itu menjadikan umat Islam
tahu akan dirinya sekalligus mengantarkan umat Islam pada kemenangan dalam
persaingan pemikiran sekitar abad pertengahan.
Sedangkan kosekuensi buruknya
adalah disitu terdapat suatu pengkiblatan secara mutlak terhadap pemikiran Yunani
yang cenderung liberal dan secular. Sehingga kekafiran sebagai sebuah klaim kian
bertambah. Ini adalah anggapan sebagian pemikir Islam yang rata-rata berasal
dari Turki.
Di tengah-tengah suasana tentram
muncullah Mu’tazilah yang sangat terpengaruh oleh pemikiran Yunani. Ia
mengatakan Tuhan adalah kekal sedangkan pada intinya atribut yang
diidentifikasi dengan-Nya sebagai hal yang mutlak. Hunbungannya dengan makhluk
yang menghasilkan atribut lainnya seperti penciptaan, pemelihara, pengungkap
yang termasuk kategori waktu.
Dalam hal pemikiran, Islam sangat
terpengaruh dengan pemikiran Yunani kuno seperti Poatinus, Plato dan Aristoteles.
Mereka masing-masing mempengaruhi teory emanasi. Bagaimmana manusia ada, tidak
lain hanyalah pancara dari sang pencipta.
Contoh lain yang dianggap merupakan
dampak buruk dari pemikiran Yunani ialah munculnya al Râzî, pemikir Islam
Persia yang sangat terkenal itu. Pemkiran yang dianggap banyak orang sebagai pemikiran
yang melenceng dari ajaran Islam ialah ajaran tentang singkretis dan esoteris.
Orang-orang menilainya sebagai pemikiran yang murni diambil dari pemikiran Yunani
kuno atau paling tidak berdasarkan pemikiran para orang bijak Yunani kuno yaitu
Plato, Plotinus, Phytagoras, Anaxigoras dan Empedokles, tidak ada penyaringan
atau penyesuaian dengan Islam.
Selain pemikiran tersebut mengembangkan
dari filusuf Yunani, ia dimungkinkan berasal metafisika Zoroaster dan
penggabungan metafisika Manichean dengan gnostil dan juga dicampur dengan
rasionalisme filsafat budha.
Orang-orang terutama para pemikir Turki
menganggap bahwa pantheism sufisme Islam berasal dari India, yaitu ajaran
Brahman. Namun kenyataannya ia berasal dari pemikiran Plotinus dan Neo-Gnostik yang
beralih ke Islam melalui Persia.