KETIKA TUHAN MENGADILI PERTARUNGAN INTELEKTUAL
by: Khairus Shaleh
Pertarungan intelektual sedang berlangsung mulai dulu sampai sekarang, dan akan datang, baik perdebatan antara muslim dan muslim yang lain pendapat, ataupun antara muslim dan lain muslim. Namun, sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan ilmu pengetahuan tentunya akan mengalami kebingungan menentukan manakah yang lebih benar, paling benar, atau benar diantara pendapat-pendapat yang semuanya mempunyai alasan yang sangat meykinkan, sama-sama mengaku dirinya yang paling benar, dan bahkan benar.
Sebagai umat beragama jelas kebenaran sesungguhnya tidak berada pada seberapa banyak pendapat tersebut diterima publik, karena kebenaran semacam itu hanyalah kebenaran manusia yang berkemampuan terbatas. jadi jika kebenaran disandarkan pada hal yang terbatas maka kebenaran tersebut akan terus berubah sepanjang masa. Dengan demikian ebenaran yang berubah-ubah tidak bisa dikatakan kebenaran tapi tahap menuju kebenaran. Tapi kebenaran adalah sesuatu yang sudah mencakup kesempurnaan hakiki mengenai hal tersebut, dan tidak berubah sampai kapanpun. Dan yang mampu menggapai kebenaran yang itu hanyalah sesuatu kesempurnaan hakiki pula, yaitu suatu yang tak terbatas, Tuhan. Sehigga manusia harus menyerahkan akhir kebenaran kepada Tuhan yang disebut dengan kebenaran Tuhan yang hakiki. inilah tujuan akhir manusia. Perdebatan, pertaruhan nyawa demi mempertahankan kebenaran yang ia yakini dengan alasan yang mereka yakini pula. Dan tuhan hanya tertawa melihat kejadian tersebut.
Pertarungan intelektual sedang berlangsung mulai dulu sampai sekarang, dan akan datang, baik perdebatan antara muslim dan muslim yang lain pendapat, ataupun antara muslim dan lain muslim. Namun, sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan ilmu pengetahuan tentunya akan mengalami kebingungan menentukan manakah yang lebih benar, paling benar, atau benar diantara pendapat-pendapat yang semuanya mempunyai alasan yang sangat meykinkan, sama-sama mengaku dirinya yang paling benar, dan bahkan benar.
Sebagai umat beragama jelas kebenaran sesungguhnya tidak berada pada seberapa banyak pendapat tersebut diterima publik, karena kebenaran semacam itu hanyalah kebenaran manusia yang berkemampuan terbatas. jadi jika kebenaran disandarkan pada hal yang terbatas maka kebenaran tersebut akan terus berubah sepanjang masa. Dengan demikian ebenaran yang berubah-ubah tidak bisa dikatakan kebenaran tapi tahap menuju kebenaran. Tapi kebenaran adalah sesuatu yang sudah mencakup kesempurnaan hakiki mengenai hal tersebut, dan tidak berubah sampai kapanpun. Dan yang mampu menggapai kebenaran yang itu hanyalah sesuatu kesempurnaan hakiki pula, yaitu suatu yang tak terbatas, Tuhan. Sehigga manusia harus menyerahkan akhir kebenaran kepada Tuhan yang disebut dengan kebenaran Tuhan yang hakiki. inilah tujuan akhir manusia. Perdebatan, pertaruhan nyawa demi mempertahankan kebenaran yang ia yakini dengan alasan yang mereka yakini pula. Dan tuhan hanya tertawa melihat kejadian tersebut.
Terdapat bebarapa alasan mengapa tuhan tertawa dengan semua itu. Namun, sungguh sangat menarik jika kita menyimak hayalan ilmiah yang tentang bagaimana hasil akhir dihadapan Tuhan dari perdebatan intelektual yang sangat menegangkan ini, yang bisa dilihat baca dibawah ini.
Dengan tergesah-gesah HTI segara menghadap Tuhan untuk memasti kebenaran dirinya, dengan mengatakan.
HTI : Tuhan, saya kan.. yang benar dalam perdebatan ini? Soalnya saya selalu berlandaskan teks-teks al Qur’an yang tekstual, dan tidak melencengan dari ajaran Islam….
JIL : Tuhan, dia tidak pantas benar, Karena dia terlalu radikal, dan ekstrem dalam menafsirkan al Qur’an yang luas, dan agung. Sehingga memunculkan perpecahan dunia….
Kristen : meraka semua salah tuhan, kamilah yang sangat patuh terhadap ajaranmu yang engkau turunkan dalam injil. Dan keyakinan kamilah yang lebih utama ditanamkan di dunia dari pada keyakianan mereka yang muncul setelah kami….
Meraka bertengkar, saling menghujat untuk merebut kebenaran Tuhan..
Tuhan : Hhhmmmmm….. (Tuhan hanya tersenyum sipu…)
Meraka bertanya lagi
HTI : Tuhan, siapakah yang sebenarnya benar-benar benar?...
Yahudi : Kamilah yang benar, karena kami adalah pengikut nabi Ibrahim yang sangat beriman kepada Tuhan, sampai dia rela menyamblih anak tercintanya demi Tuhan. Dan kami sangat menghormati, dan mengikuti ajarannya dengan baik… Dengan santainya Tuhan menjawab…
Tuhan : Tenang, tenang... Kalian tidak perlu rebut, bertengkar, dan saling bunuh dengan semua itu. Tidak perlu salah satu diantara kalian meresa paling suci, dan paling benar, Karena semua itu hanyalah permainan saya saja, kalian semua sama-sama benar, pendapat kalian sama dengan kebenaran yang saya tetapkan. Dan saya ucapkan banyak terima kasih atas pembelaan kalian terhadap saya, sampai kalian bermusuhan, dan juga bertenggakar gara-gara saya. Jadi, mulai sekarang berdamailah, kalian semua sama disisiKU…
Dari apologi diatas dapat diketahui bahwa manusia adalah sok tahu, dan sok menjadi tuhan-tuhan kecil yang sangat dekat dan mengerti hakikat maksud tuhan lewat teks-teks kecil yang hal itu hanya merupakan sedikit tanda-tanda dari ketidak terbatasan Tuhan. Manusia tidak sadar bahwa jika hanya berlandaskan teks-teks al Qur’an untuk menyelesaikan masalah kehidupan, maka hal itu sama dengan mengurangi eksistensi Tuhan, dan membatasi pengetahuan, dan maksud Tuhan hanya sampai pada itu saja.
Tingkah yang seperti ini adalah tingkah yang tidak senonoh, lancang, tidak tahu diri, dan tidak seharusnya manusia kerjakan. Ketika manusia dalam keadaan seperti itu, terbuai dengan kebenaran individualnya tampillah manusia Maha Segalanya, yang mengklaim dirinya paling benar, dan yang lain salah sehingga wajib dimusnahkan dari kehidupan, begitulah pemikiran manusia tak tahu diri, telah menduduki tempat yang tidak seharusnya ia tempatin, telah mengambil hak-hak Tuhan sebagai penguasa segalanya. Dalam pertukaian Tentang benar tidaknya hal itu, dan pengklaiman dirinya adalah Tuhan-Tuhan kecil yang berkeliaran didunia, terdapat suatu hal yang sangat lucu yaitu pengakuan dirinya yang hina itulah sebagai Tuhan kecil. Sehingga wajarlah jika Tuhan yang maha segalanya tertawa melihat semua itu. Inilah sebagian dari substansi Tuhan.
Tingkah yang seperti ini adalah tingkah yang tidak senonoh, lancang, tidak tahu diri, dan tidak seharusnya manusia kerjakan. Ketika manusia dalam keadaan seperti itu, terbuai dengan kebenaran individualnya tampillah manusia Maha Segalanya, yang mengklaim dirinya paling benar, dan yang lain salah sehingga wajib dimusnahkan dari kehidupan, begitulah pemikiran manusia tak tahu diri, telah menduduki tempat yang tidak seharusnya ia tempatin, telah mengambil hak-hak Tuhan sebagai penguasa segalanya. Dalam pertukaian Tentang benar tidaknya hal itu, dan pengklaiman dirinya adalah Tuhan-Tuhan kecil yang berkeliaran didunia, terdapat suatu hal yang sangat lucu yaitu pengakuan dirinya yang hina itulah sebagai Tuhan kecil. Sehingga wajarlah jika Tuhan yang maha segalanya tertawa melihat semua itu. Inilah sebagian dari substansi Tuhan.
2 comments for "KETIKA TUHAN MENGADILI PERTARUNGAN INTELEKTUAL"
jadi sebenarnya tidak ada Tuhan 'tertawa' melihat manusia bertikai, karena ini cuma 'khayalan'
dan yang lain merupakan gambaran realita pertikaian tiada heni antar umat yang berkeyakinan.. dan hal itu merupakan suatu hal yang tidak wajar terjadi pada umat yang berpegang pada kitab pegangannya yang juga mengajarkan tentang perdamaian... saling menghormati antar yang satu dan yang leinnya...