Hakikat Cinta dalam Perspektif Ibn Hazm
Hakikat cinta tak dapat ditemukan
selain dengan segenap kesungguhan pengamatan dan penjiwaan. Cinta tak dimusuhi
agama dan tak dilarang syariatNya. Cinta adalah urusan hati. Sementara hati
adalah urusan ilahi.
Ibnu Hazm |
Cinta adalah ketenteraman dalam
hati. Seseorang yang mencitai orang lain, ia akan merasa amat tenang dan
tenteram bersamanya. Jikapun di sela ketenteraman itu terdapat penderitaan, hal
itu tidak lain kecuali penderitaan itu adalah keadaan yang menjadikan kita
benar-benar dapat menikmati ketenteraman. Tanpa penderitaan kita tak akan pernah dapat
mengenal ketentraman. Maka penderitaan dalam mencintai adalah anugerah yang
perlu disyukuri.
Begitu Ibnu Hazam menjelaskan tentang hakikat cinta.
Begitu Ibnu Hazam menjelaskan tentang hakikat cinta.
1 comment for "Hakikat Cinta dalam Perspektif Ibn Hazm"
Manusia menikmati kemuliaan dan keagungan yang khusus di antara makhluk-makhluk yang lain dan memiliki peran khusus, sebagai wakil Tuhan dan misi yang khusus, sebagai pengelola alam. Namun manusia, dengan kebebasan memilihnya, bertanggung jawab atas evolusi dan pertumbuhan dan pendidikannya dan atas perbaikan masyarakatnya. Alam semesta, merupakan sekolah bagi manusia, dan Tuhan akan memberi pahala setiap diri manusia sesuai dengan niat baiknya dan usahanya yang lurus. Manusia juga dikatakan mempunyai peran kausal dalam dan pengaruh terhadap tindakan-tindakannya. Ia bahkan lebih berpengaruh dalam membentuk nasibnyanya sendiri ketimbang yang lain.
Sebagai pemikir Syi’ah yang sering diidentikkan dengan Mu’tazilah, Mutahhari menolak bahwa manusia telah ditentukan nasibnya secara deterministik. Kepercayaan Syi’ah pada prinsip keadilan, dalam pandangan Mutahhari berarti bahwa Syi’ah mengakui prinsip kebebasan manusia, pertanggung-jawaban manusia dan kreativitasnya. Takdir Tuhan telah menciptakan sistem dan telah memunculkan serangkaian norma dan hukum. Karena itu, kapan saja manusia mencari sesuatu yang diinginkannya, ia harus mencarinya lewat sistem dan norma-norma tadi, jadi rizki, sekalipun berasal dari pusaka ilahi, tetapi harus dicarai melalui sistem dan norma tertentu, dan bukan dengan begitu saja diberikan secara pilih kasih.
http://icasjakarta.wordpress.com/2010/02/22/renungan-renungan-filosofis-murtadha-mutahhari/